Suatu hari didesa Indragiri pagi hari ada seorang ibu-ibu bertanya ketika saya baru terbangun setelah menikmati lelapnya malam, “aa tos tuang teu acan? (kaka udah makan atau belum)?” lalu saya yang masih setengah sadar pun menjawab “teu acan bu (belum bu)”, setelah mendengar jawaban saya ibu tersebut mengajak saya makan dari rumahnya, 1 tahun sebelum hari itu kali pertama saya mendapat pengalaman untuk terjun ke desa yang sangat berbeda jauh dengan kehidupan dikota, saya sangat bingung ketika pertama kali melakukan pengabdian atau orang orang sebut KKN.
Sangat konyol alasan saya ingin mengikuti KKN hehe, hanya karena menonton horror yang bernuansa KKN, saya tidak pernah membayangkan akan ikut hal hal semacam KKN, tapi hal tersebut malah menjadi semangat untuk saya selalu datang ke kampus hehe. Okey balik lagi ke hari dimana saya melakukan KKN, walau saya merasakan kebingungan tapi saya sangat senang untuk melakukan pengabdian pertama saya, cukup kikuk dihari pertama saya tapi saya mencoba untuk berbaur dengan warga desa Indragiri, sembari melaksanakan program yang sudah dirancang tetapi tidak lupa setelah melakukan program selalu bermain dengan anak-anak didesa yang selalu minta ‘pepesawatan’ atau ‘puir puiran’ hehe, itu istilah yang biasa digunakan oleh anak anak desa ketika mau digendong oleh saya, asik sekali ketika bisa bermain dengan anak-anak didesa tetapi kadang kali saya merasa sangat Lelah, wajar saja energi anak-anak desa serasa tidak ada habisnya.
Saat itu saya mendapat sebagai penanggung jawab tim Pembangunan, yaitu tim yang berfokus kepada peningkatan fasilitas umum desa, sebagai program utama kami memutuskan untuk memperbaiki Drainase dari Kampung Ciparay yang cukup membahayakan warga, selama pelaksanaan Pembangunan Drainase tersebut kami dibantu oleh warga,
mulai dari penggalian jalur Drainase yang baru lalu memasang u ditch yaitu beton berbentuk leter U yang sudah disiapkan sebelumnya, karena sangat berat maka untuk memasang satu buah u ditch memerlukan setidaknya 10 orang, tapi sayangnya saat pemasangan u ditch sudah selesai warga merasa Drainase terlalu dalam sehingga beresiko air tidak mengalir dengan maksimal, maka kami dan warga pun membongkar Kembali u ditch yang telah dipasang dan menambah ketinggian tanah dengan pasir lalu memasang u ditchnya Kembali.
Saat Pembuatan Drainase sudah selesai, tiba-tiba warga atau lebih tepatnya ibu-ibu di kampung tersebut membawakan kami makanan liwet untuk kami santap Bersama-sama ditengah lapangan, gelak tawa pun tertuai di lapangan tersebut hari itu antara warga dan mahasiswa yang sudah kelelahan karena memang kebanyakan dari kami tidak terbiasa melakukan kegiatan fisik seperti ini hehe biasaaa remaja jompo, dengan menu ikan asin, tahu, tempe, dan sambal sangat nikmat apalagi kami sudah kelelahan semua hehe, hari itu menjadi awal saya merasakan kehangatan dari warga kampung ciparay.
KKN dilakukan tepat pada bulan Agustus dan akan banyak lomba yang diadakan di lapangan Desa salah satunya lomba PBB ibu-ibu, saat itu 1 minggu sebelum perlombaan baru akan mengadakan Latihan untuk lomba tersebut dan alhamdulillahnya saya mendapat Amanah untuk melatih ibu-ibu kampung ciparay berlatih PBB dengan waktu seminggu dan pasukan yang belum terbentuk sama sekali.Saya melatih PBB dibantu dengan 3 rekan saya yaitu Rara, Auliya, dan Edlyn. Dengan waktu yang cukup singkat saya memaksimalkan waktu yang ada dengan berlatih 2 kali sehari yaitu saat sore hari dan juga malam setelah shalat isya, udara malam sangat dingin menusuk kulit saya membuat saya harus menggunakan minimal 2 jaket tebal dan sarung setiap malamnya, hari demi hari saya jalani membantu ibu-ibu kampung ciparay untuk mempersiapkan pasukan lomba tepat di hari kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2023. Setiap hari bertemu dan berinteraksi dengan ibu-ibu membuat saya semakin dekat dengan warga.
Tepat dihari kemerdekaan dan ibu-ibu yang sudah berlatih Bersama saya harus tampil menunjukan hasil Latihan mereka selama 1 minggu full tanpa istirahat, saya tidak berekspektasi tinggi terhadap penampilan ibu-ibu karena memang waktu persiapan yang sangat mepet dan juga kesibukan pelaksanaan program KKN dan juga ibu-ibu yang setiap harinya harus berkebun. Saya hanya menitipkan pesan kepada ibu-ibu untuk tampil lepas tanpa beban, fokus terhadap aba-aba yang diberikan danton, dan alhamdulilahnya pasukan tersebut tampil memukau jauh lebih baik dari Latihan biasanya, sangat rapih dan chemistry pasukan sangat terbentuk sehingga membuat saya sangat senang dan bersyukur karena sudah tampil maksimal dengan persiapan yang sangat minim.
Setelah tampil saya mengucapkan salam perpisahan kepada ibu-ibu kampung ciparay dan juga ketua RW yang hadir saat setelah lomba PBB, cukup sedih karena keesokan harinya kami seluruh mahasiswa harus pulang kerumah. Cukup berat mengucapkan salam perpisahan sampai saya dan beberapa warga meneteskan air mata, alhamdulilah di kategori PBB ibu-ibu kami mendapat juara ketiga dan banyak mengucap terima kasih kepada saya dan ketiga rekan saya, juara tersebut menjadi kenang-kenangan yang indah antara saya dan warga, Lomba tersebut membuat saya kenal Sebagian besar warga desa.
Malam setelah perlombaan kami mahasiwa mengadakan acara yang Bernama “malam puncak” dengan menampilkan penampilan anak-anak dan video singkat kegiatan kami selama KKN, banyak tangisan yang muncul dimalam tersebut karena sedih esok hari harus sudah pulang,
padahal kami sudah merasa hangat keluarga di kampung ciparay ini, banyak dari kami yang memang sudah dianggap anak sendiri oleh warga di kampung ciparay ini, setelah penampilan dari anak-anak kami membuat api unggun sambil saling meminta maaf satu sama lain baik dengan sesama mahasiswa dan juga warga desa. Esok hari kami untuk terakhir kalinya kami makan Bersama warga dirumah masing-masing.
Tiga bulan kemudian saya melaksanakan pengabdian lagi didesa Indragiri namun bukan di kampung Ciparay yang diadakan oleh Jurusan saya, kampung tersebut Bernama Sinumbra. Di Sinumbra lebih sering kedatangan mahasiswa KKN dibandingkan kampung Ciparay, namun tidak mengurangi semangat kami untuk melaksanakan pengabdian, justru menambah semangat kami untuk lebih baik dibanding mahasiswa lain yang pengabdian di Sinumbra, banyak program yang kami lakukan di sana tetapi tetap yang menjadi kenangan manis adalah kedekatan dengan warga disana.
Pengabdian kedua kali untuk saya cukup berkesan, yang paling berkesan sudah pasti kehangatan saya dan warga dirumah, saya tinggal selama kurang lebih 10 hari dirumah milik pak Tatang ‘Charles’, terdengar unik bukan Namanya hehe, namun nama ‘Charles’ bukanlah nama aslinya, ‘Charles’ merupakan singkatan dari ngenCAR ngereLES yang memiliki arti (kalau sudah pergi tidak pulang pulang) dan itukan kebiasaan pak Tatang saat kecil dan istri pak Tatang Bernama bu Enung.
Setiap sore hari saya dan bu Enung selalu memasak untuk makan malam, dan makan malam selalu menjadi momen indah, karena banyak cerita yang tertuang di makan malam tersebut sembari saya selalu kepedesan memakan sambar yang resepnya saya buat sendiri, ya memang saya suka sambal tapi jika sambalnya terlalu pedas saya tidak kuat hehe, masih sama seperti beberapa bulan lalu di Ciparay, kesamaannya dimalam terakhir kami mengadakan acara Malam Puncak.
Sembilan bulan kemudian saya melakukan pengabdian lagi di Indragiri yang dilaksanakan di 2 Kampung yaitu Ciparay dan Persil, pengabdian di Persil sangat intimewa karena pertama kalinya ada kegiatan pengabdian menyentuh Persil dari seluruh kampus, 12 hari kami tinggal di Persil sangat berkesan, apalagi akses kendaran yang sangat sulit dan saya harus pulang pergi Ciparay-Persil. Anak-anak persil Setiap saya ke Persil saya tinggal di rumah pak Tatang dan istrinya Bu Dewi, serasa sudah dekat dengan nama “Tatang” hehe sehingga walaupun tidak lama saya di Persil tapi sudah merasa sangat dekat dan dianggap anak sendiri oleh Pak Tatang dan Bu Dewi, saya rasa yang membuat kami dekat lagi dan lagi adalah makan malam Bersama, Bu Dewi selalu memasak untuk kami sarapan dan makan malam disana, sangat enak makan disana karena kehangatan dari bu Dewi dan Pak Tatang.
Pulang pergi Ciparay-Persil pun cukup berkesan ketika berada di Ciparay, karena warga yang selalu bertanya “A Ijul tos tuang teu acan? (ka ijul udah makan belum?” ya itulah perkataan warga kampung Ciparay setiap bertemu saya, dan mereka selalu mengajak makan saya dirumahnya, banyak sekali yang mengajak saya makan dirumahnya sehingga saya tidak pernah merasakan kelaparan, dan itulah yang membuat saya merasakan seperti dirumah sendiri, cukup terharu saya setiap makan dirumah warga mengingat keabaikan yang mereka berikan kepada saya, bahkan ada satu waktu warga datang ke posko tempat saya tinggal hanya untuk mengajak saya makan dirumahnya, BAAAAIKKKK SEKALIIIII membuat saya terharu, karena saya hanya pendatang yang datang setahun lalu tapi sungguh merasakan INI RUMAH SAYA.
Saat malam ke 14 sama seperti pengabdian sebelumnya kami mengadakan acara penutupan yaitu lomba volley dan juga Malam Puncak, setelah malam puncak saya diundang makan oleh pak Dim Dim dirumahnya, saya sudah menganggap seperti orang tua sendiri.
Setelah makan, saya Kembali kelapangan untuk…… yap beres beres, cukup banyak yang harus dibereskan sampai jam setengah 2 malam baru saya dengan lutfi dan aldava pulang ke posko, lalu kami pun terlelap dengan cepat.Pagi harinya kami pun harus segera membereskan barang-barang dan mengangkutnya ke dalam truk tantara, kami pulang menggunakan 2 truk dan belasan sepeda motor, butuh waktu kurang lebih 2 jam untuk mengangkut barang kedalam truk, salam perpisahan diberikan oleh warga ke mahasiswa.
Pengabdian sudah selesai pada hari ke 15, namun cerita saya belum usai karena saya tinggal lebih lama untuk mengikuti hari kemerdekaan di desa Indragiri, singkat cerita saya pulang sehari untuk mengantar Aldava dengan niat mengambil motor dirumahnya, namun saat sudah pulang motornya tidak bisa digunakan karena digunakan kerja, yang asalnya kami mau menambah hari ber 4 tapi karena kendala tersebut hanya bisa ber 2 dengan Aldava, kami berdua sampai Ciparay sore hari dan langsung beristirahat untuk esok hari, kami berdua sudah dibelikan makan oleh a hamdan, a Hamdan merupakan seorang alumni di salah satu perguruan tinggi negri yang sedang melakukan penelitian di kebun dekat Ciparay, setelah makan kami pun beristirahat dan tidur.
Keesokan paginya saya mengikuti arak-arakan antar RW di desa Indragiri, Ciparay mendapat urutan ke 2 dan saya mendapat peran sebagai mandor kebun, kali kedua saya mengikuti arak-arakan di desa Indragiri dan selalu seru, karena arak-arakan disini sangat unik ada yang jadi tuyul, ada yang jadi tawanan, ada yang menjadi, penjajah dan masih banyak lagi. Setelah arak-arakan langsung ke upacara kemerdekaan RI dilapangan, barulah setelah upacara dilanjutkan oleh berbagai lomba, saya menunggu hingga sore hari namun sayangnya kami ketinggalan oleh truk untuk pulang. Ditemani oleh Aldava dan warga desa yaitu Pak undang, kami berjalan kaki menuju Kampung Ciparay, baru seperempat perjalanan kami bertemu dengan mobil pick up dan menumpang, Sesampainya di Ciparay kami langsung istirahat.
Saat sore setelah sampai saya memasak untuk makan malam dengan menu full karbohidrat nasi putih, mie goreng, dan kentang krispi. Menu yang sangat tidak dianjurkan tapi ya bagaimana lagi kami memiliki bahan makanan dan keterampilan memasak yang seadanya hehe, saat sudah selesai memasak saya ditelepon oleh warga yaitu mak Juju “A tos emam teu acan? ema tos ngadamel pindang (ka udah makan atau belum? Ema udah bikin pindang)” lalu saya yang baru selesai memasak bilang “Atos ma nembe masak (Sudah ma baru beres masak)” karena saya baru beres masak dan tidak bisa untuk dilanjutkan besok, maka saya memutuskan sarapan esok pagi di mak Juju karena daya tahan Pindang yang cukup awet.
Hari terakhir cukup haru bagi saya dan Aldava, pagi hari saat hari terakhir tiba-tiba dua warga datang ke posko dan memberi kami berdua oleh-oleh bubuk the yang cukup banyak, tepat pukul 7 pagi saya dan Aldava diantar oleh pak Undang kerumah Ma Juju untuk sarapan yang sedari kemarin sore kami rencanakan. Saat sudah sampai kami sarapan dengan ikan Pindang buatan Mak juju yang sangat enak, sambil banyak bercerita waktu seakan tak terasa, setelah sarapan saya Kembali keposko untuk beres-beres barang karena sangat banyak barang yang perlu kami berdua ambil kerumah dan membawanya dengan motor beat kecil saya,Setelah mengambil barang yang di tiap rumah warga dan membereskannya, kami berdua beristirahat sampai Dzuhur, setelah Dzuhur kami berpamitan kesetiap warga Kampung Ciparay dan diberi oleh-oleh cukup banyak, contohnya Waluh oleh Ma Juju,
Selain Ma Juju masih banyak yang memberi oleh-oleh kepada saya dan Aldava.
Kami menyempatkan untuk berpamitan dengan pak Tatang dan Bu enung di kampung sinumbra dan sedikit kaget karena buah Strawberry yang harus saya bawa kurang lebih sebanyak 6 KG, Sebagian memang sudah dipesan tapi ibu memberikan kami lebih, yang menjadi masalah adalah bagaimana kami membawanya dengan barang bawaan sebegitu banyaknya, lalu kami mencari cara dan memaksakan untuk membawa semuanya tanpa meninggalkan apapun, rencana awal kami akan meninggalkan Sebagian barang di Sinumbra dan mengambilnya lain kali,
Kami berdua memaksakan untuk membawa semuanya berdua dan alhasil mengalami sakit badan .
Begitulan kisah pengabdian saya yang penuh lika-liku, semoga ini menjadi awal bagi saya untuk semakin bermanfaat untuk khalayak ramai
Panjang Umur Pengabdian!