Pertama Penuh Warna

Halo, saya Ayu Amelia, yang akan menuliskan kisah penuh warna tentang pengalaman pertama saya sebagai Pengajar Muda.

Jika harus menyebutkan momen apa yang paling membahagiakan, saya akan menjawab dengan kencang “Mengajar di SD Kanaan.” Haru dan senang, mungkin cukup untuk menggambarkan perasaan saya saat pertama kali menginjakkan kaki di sana. Sebuah Bangunan sekolah dasar di tengah-tengah perkebunan yang memiliki ruang tersendiri untuk selalu saya kenang. 

Sebelumnya, ada pertemuan pertama para pengajar muda dengan kakak-kakak super team lainnya. Sempat ada sesi bercita tentang masing-masing pengalaman mengajar mereka.  Saya fokus menyimak berbagai kisah yang diceritakan mereka. Cerita yang amat sangat terasa nyata meskipun saat itu saya hanya mendengar saja. Cerita yang membuat saya senang karena akhirnya bisa menjadi bagian dari mereka. Juga cerita yang membuat saya bertanya-tanya, apakah saya bisa merasakan hal yang sama?

Pertanyaan itu tersimpan cukup lama, sampai akhirnya terjawab juga. Terjawab saat mereka mengadakan acara Mengajar pertama untuk para Pengajar Muda. Dan karena itu, akhirnya, saya bisa mengalaminya secara nyata. 

Pukul setengah tujuh pagi kami memulai perjalanan ke sana. Perjalanan yang cukup lama, ah tidak-tidak, menurut saya malah sangat lama. Beberapa kali saya merasa kesal, sudahlah jauh perjalanannya, cuaca saat itu juga berada di terik-teriknya. Ditambah lagi saat sudah sampai pun kita masih harus jalan kaki dengan melewati jalur yang sangat mengerikan. Jalannya licin, sempit, naik turun, sebelahnya jurang, bahkan harus melewati jembatan kayu yang hanya punya 2 batang kayu saja. Saya tidak habis pikir, kenapa bisa ada jalan semengerikan ini hanya untuk menuju sekolah? Apakah anak-anak sekolah aman melewati jalan seperti ini setiap harinya? Saya yang baru sekali ke sini pun merasakan capek, kesal dan takut yang luar biasa.

Tapi semua perasaan itu memudar ketika saya mulai melihat sebuah bangunan, benar-benar di tengah perkebunan, dengan tembok hijau dan papan berwarna putih yang bertuliskan ‘SD NEGERI KANAAN’. Saya menarik nafas cukup panjang kemudian mengeluarkannya dengan perasaan lega. Akhirnya, sampai juga. 

Kami berkumpul di lapangan terlebih dahulu, masih banyak siswa-siswi yang berada di luar kelas. Dan entah kenapa perasaan lelah saya semakin hilang begitu bertemu mereka. Sapaan hangat, senyuman dan tawa mereka seakan menjadi obat untuk rasa lelah saya. Tetapi karena kami yang datang cukup terlambat, beberapa acara terpaksa dilewatkan, sehingga diputuskan untuk langsung memulai pembelajaran.

Saya mendapat bagian untuk mengajar di kelas 4. Jujur, saat itu detak jantung saya berpacu dua kali lipat lebih cepat daripada biasanya. Takut dan malu bersatu membuat saya semakin gugup dibuatnya. Tapi untungnya rekan saya saat itu membantu banyak, kepercayaan diri dan energi yang mereka keluarkan luar biasa membuat saya merasa lebih lega, dan yakin bisa untuk mengajar dengan menaikan kepercayaan diri saya juga.  

Kegiatan mengajar berlalu begitu cepat dan menyenangkan, anak-anak yang cukup aktif dalam menjawab pertanyaan juga memberikan kesan. Saya masih ingat dengan jelas, ada satu siswa yang sangat-sangat pintar. Dia menjawab hampir semua benar untuk setiap pertanyaan.

Selepas mengajar di kelas, kami semua diminta untuk mengumpul di lapangan. Menuju lapangan, kami membuat antrian seperti kereta dan menyanyikan lagu kereta api sepanjang jalan. Oh iya, kami tak lupa juga mengganti destinasi dalam lagu tersebut dengan topik pembelajaran di kelas yaitu tentang 7 Keajaiban di Dunia. Kira-kira bunyi lagunya seperti ini,

 “Tut..Tut..Tut naik kereta api 

Tut..Tut..Tut.. siapa hendak turut? 

Ke Brazil, Italia, bolehlah naik dengan percuma.  

Ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama.”

Sesampai di lapangan kami memulai permainan, bersorak sorak menyeruakan yel-yel perkelas, kemudian bernyanyi dan menari teko kecil bersama-sama. Hingga akhir acara semua siswa dan siswi menyalami tangan kita. Ada kejadian lucu saat itu, para pengajar juga demikian, mereka bercanda dengan ikut mengantri untuk bersalaman dengan kita, hingga mencipatakan antrian yang tak terhentikan. Ada-ada saja memang.

Setelah acara selesai, saya mengikuti beberapa siswa yang hendak pulang. Dengan tubuh kecil mereka yang kian tidak terlihat ketika sudah melewati perkebunan teh, mereka melambaikan tangan. Entah kenapa, adegan itu mempunyai ruang khusus yang nampaknya membuat saya sulit lupa. Dengan terik matahari saat itu, tangan kecil mereka yang melambai, senyuman tertulus mereka berikan, dan suara teriakan “Dadah kakak-kakak.” Itu selalu terkenang.

Jika diberikan kesempatan, saya ingin hal tersebut terulang. Dengan waktu yang berjalan lebih lambat dari biasanya, saya ingin menikmati setiap momen saat pengalaman pertama saya menjadi lebih lama.

Karena dari pengalaman pertama itu saya mempelajari banyak hal, saya mendapat jawaban yang saya inginkan tentang hati yang menghangat ketika sampai di Kanaan. Perasaan haru bercampur senang, melihat tawa penuh kebahagiaan dari siswa di sana, melihat mereka dengan mata yang berbinar dan hati yang bergetar. 

Juga, pernyataan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran. Tentang ternyata masih ada yang harus berjuang melewati jalan mengerikan itu hanya untuk menuju sekolah, tetapi dengan hal tersebut pun mereka tak kunjung menyerah. Lalu membandingkannya dengan saya yang dapat mengakses jalan untuk pergi sekolah dengan mudah, tetapi masih saja kadang merasa lelah.

Selain itu dengan kegiatan mengajar pertama ini saya mendapatkan teman baru yang luar biasa hebatnya. Bahkan setelah dari kegiatan ini pun kami masih saling menghubungi dan membantu satu sama lain. Garis bawahi ya, terutama saya. Sejujurnya saya yang paling banyak meminta bantuan dari mereka. Tetapi jika dipikirkan lagi, jika tidak begitu mungkin tidak akan seperti sekarang. Kedekatan kami, mungkin tidak se-dekat sekarang, mungkin tidak akan ada cerita-cerita lucu yang tercipta jika kami tidak di pertemukan di kelas 4 saat mengajar pertama. Karena itu saya amat bersyukur untuk kegiatan mengajar pertama setelah akhirnya menjadi pengajar muda.

Polban Mengajar sudah merupakan keinginan saya cukup lama, sejak kegiatan magang saya sebelumnya di Departement Sosial Masyarakat. Dari sana saya tau Polban mengajar, dan dari sana saya bersikukuh keras untuk bisa masuk dan menjadi bagian. 

Atas semua hal, saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Polban Mengajar yang telah memberikan saya kesempatan, memberikan kesan yang amat sangat menyenangkan dan telah menjadikan Kanaan sebagai pengalaman Pertama Penuh Warna bagi saya. 

Dan untuk kalian, siapapun yang membaca cerita saya. Tetap bersyukur ya untuk semua hal yang telah didapatkan, di luar sana masih banyak orang yang belum tentu bisa di posisi kalian sekarang. Dan jangan lupa untuk berbaik hati kepada sekitar, kepada manusia, tumbuhan, maupun hewan. Karena percayalah, meskipun secara sederhana, hal baik akan menciptakan kebahagiaan.  

Fin.

269 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *